Sunday, January 21, 2018

Cara Kerja Separator


Gas dan minyak yang diproduksikan dari sumur tidak didapat dalam keadaan berpisah secara langsung. Minyak dan gas dari sumur biasanya berupa campuran. Dan campuran tersebut tidak seluruhnya minyak dan gas. Apa yang ada dalam sumur dan reservoir sangatlah heterogen dan pada umumnya ada air,minyak,gas serta partikel padatan. 
 Dan apa yang dihasilkan dari dalam sumur ketika telah mencapai surface tidak bisa langsung masuk storage tank dan harus segera dilakukan treatment. Proses pemisahan tersebut dapat berupa pemisahan minyak, air dan gas.Apabila tidak dilakukan treatment dapat berakibat korosi dan plugging dalam flowline/transmission line yang apabila diacuhkan dapat berakibat shut-in.

1. Masalah yang Dapat Terjadi dan Solusi
Selama penggunaan separator dua fasa (separasai minyak dan gas) mungkin saja terjadi beberapa masalah akibat apa yang diproduksikan. Liquid, gas dan atau solid yang terproduksikan dapat memberikan hambatan bagi kinerja separator. Beberapa masalah anatar lain:

a.         Foamy Crude
Masalah terbentuknya foam dalam crude oil karena adanya impurities selain air di mana impurities tersebut tidak dapat dihilangkan sebelum aliran memasuki separator. Salah satu pengotor tersebut adalah CO2. Foam juga dapat berasal dari fluida komplesi atau workover yang tidak sesuai dengan fluida wellbore. Namun foam dalam separator tidak akan memberikan masalah apabila desain internalnya telah menjamin waktu yang cukup atau permukaan coalescing (membentuk substance yang lebih besar) yang cukup untuk “break”.

     Beberapa masalah yang ditimbulkan dengan adanya foam antara lain:
§         Kontrol dari level liquid menjadi lebih buruk, karena alat control harus mendeteksi tiga fase liquid daripada yang seharusnya yaitu dua.
§       Foam memiliki rasio volume/berat yang besar sehingga dapat mengisi ruangan pada vessel yang seharusnya bisa digunakan untuk ruang liquid collecting atau gravity settling.
§          Dalam jumlah foam yang sangat tidak terkontrol, tidak mungkin untuk menghilangkan separated gas atau oil yang sudah dihilangkan gasnya dari vessel tanpa membawa foamy material pada gas atau liquid.

Penggunaan foam depressant akan membuat kapasitas separator lebih besar karena foamnya berkurang. Namun penggunaan depressant akan menambah biaya lebih, dan lebih baik digunakan separator ukuran lebih upaya antisipasi crude oil yang mengandung foam. Namun sekali mengunakan depressant akan membuat jumlah masuk lebih besar daripada kapasitrasnya.

b.         Paraffin
Akumulasi paraffin akan menyebabkan pengaruh yang buruk terhadap kinerja separator. Coalescing plates pada liquid section dan mesh pad pada mist extractor pada gas section akan cenderung terjadi plugging akibat akumulasi partafin. Dan ketika paraffin dipekirakan yang menjadi penyebab masalah tersebut, maka perlu dipertimbangkan lagi penggunaan centrifugal mist extractors. Maka perlu lubang lubang seperti manways, handholes dan nozzle agar steam, solvent atau liquid pembersih lain masuk ke separator. Temperatur liquid harus juga dijaga di atas cloud point dari crude oil menghindari pembentukan paraffin.

c.         Sand
Partikel pasir bisa menjadi masalah di separator yaitu membuat berhentinya aliran pada valve trim, plugging pada bagian dalam separator, dan akumulasi pada bagian bawah separator. Hard trim khusus dapat meminimalkan efek pasir di valve. Akumulasi pasir dapat dihilangkan dengan secara teratur menginjeksikan air atau uap dari bagian bawah vessel sehingga dapat ikut terangkat keluar selama draining process. 

Dan terkadang separator vertical dilengkapi dengan bagian bawah berbentuk cone. Di mana bagian cone tersebut adalah antisipasi bila produksi pasir akan menjadi maslah utama. Plugging pada internal separator adalah hal yang perlu dipertimbangkan saat mendesain separator. Desain yang harus menutamakan separasi yang baik serta akan meminimalkan pemerangkapan pasir dalam separator.

d.         Liquid Carryover
Liquid carryover terjadi ketika free liquid keluar dengan fase gas dan dapat mengindikasi hi-liquid level, kerusakan pada vessel utama, foam, desain yang tidak tepat, liquid outlet yang ter-plugged, atau rate yang melebihi desain dari vessel’s rate. Hal ini bisa dicegah dengan menginstall Level Safety High (LSH) sensor yang akan menutup inlet ke separator ketika level liquid melebihi level normalnya.

e.         Gas blowby
Terjadi ketika free gas keluar dengan fase liquid yang menjadi indikasi low-level liquid atau control liquid yang gagal. Hal ini bisa jadi berbahaya ketika terjadi kegagalan dalam liquid level control dan liquid dump valve terbuka dan gas yang masuk dari inlet akan dapat keluar lewat liquid outlet. Yang mana vessel downstream selanjutnya akan diproses. Apabila vessel downstream selanjutnya tidak dipersiapkan untuk gas blowby, maka dapat terjadi over-pressured. Hal ini dapat dicegah dengan memasang low safety low sensor yang akan menutup inlet atau outlet liquid ketika level liquid turun 10-15% dari batas minimumnya. Dana pada proses downstream selanjutnya seharusnya dipasang Pressure safety high sensor dan pressure safety valve untuk memproses gas blowby.

f.          Liquid Slugs
Pada bagian pipa yang rendah akan cenderung terbentuk akumulasi liquid pada aliran dua fasa. Ketika level liquid pada bagian tersebut naik cukup tinggi untuk menghambat gas flow, maka gas akan mendorong liquid sepanajang pipa sebagai slug. Hal ini tergantung flow rate, property pipa, perubahan elevasi, flow properties. Keberadaan slug harus diidentifikasi dengan desain separator yang tepat. Normal operating level dan high-level shutdown harus dipisah cukup jauh untuk antisipasi volume slug. Slug akan menuju high level shutdown.




2. PENGONTROLAN SEPARATOR
Masalah-masalah yang sering muncul pad proses ini antara lain:
  • Overpressure
Permasalahan ini disebabkan oleh tekanan gas yang melebihi batas kemampuan yang dapat ditampung tabung separator. Hal ini dapat diatasi dengan melepaskan gas ke flare.
  • Overflow
Kasus overflow dapat menyebabkan air yang akan dipisahkan dari minyak meluap dan tercampur kembali dengan minyak. Hal ini dapat diatasi dengan mengendalikan aliran masuk dan aliran keluar tabung separator.
  • Line Plugging
Jenis partikulat yang terbawa oleh minyak kotor dapat mengendap di pipa proses sehingga menyebabkan penyumbatan aliran. Hal ini diatasi dengan melakukan pembersihan rutin pipa.
Pengontrolan yang dilakukan pada proses pemisahan ini adalah pengaturan flow inlet dan outlet, level serta tekanan pada tabung separator. Pengontrolan dibagi menjadi safety control dan process control. Keduanya harus menggunakan sensor yang berbeda. Untuk safety control, digunakan transmitter (sensor) yang tidak memberikan sinyal langsung pada control valve dan umumnya menggunakan shut down valve. Sedangkan untuk proses kontrol, digunakan transmitter yang disambungkan pada process control valve. Berikut ini contoh skema P&ID Separator horizontal tiga fasa.

Cara Kerja Separator

Sistem control dan instrumentasi pada separator horizontal tiga fasa.

Variabel kontrol yang digunakan yaitu tekanan dan level. Tekanan dikendalikan dengan buka-tutup SDV-1, SDV-4, PCV-1, BDV-1. Sedangkan level dikendalikan dengan buka tutup SDV-1, LCV-1, SDV-3, SDV-2, LCV-2.
Safety Control
Logika berpikir yang digunakan untuk safety (Emergency Shut Down) control dijelaskan melalui tabel berikut ini:
Transmitter
LL
HH
PT-1
SDV-1, SDV-2, SDV-3, SDV-4
SDV-1, SDV-4, BDV (open)
LT-1
SDV-3
SDV-1
LT-2
SDV-2
SDV-1
Table  Emergency shut down control
Jika PT-1 HH, maka SDV-1 aktif dan menutup untuk menghentikan flow inlet. SDV-4 juga menutup untuk mengisolasi potensi bahaya agar tidak berlanjut ke proses selanjutnya. BDV-1 akan membuka agar gas terbuang ke flare. Jika PT-1 LL, maka seluruh valve inlet dan outlet akan menutup karena kondisi tersebut abnormal dan proses operasi tidak perlu dilanjutkan.
Untuk mengatasi LT-1 HH, maka SDV-1 akan menutup agar air tidak bercampur dengan hasil separasi minyak. Jika LT-1 LL, maka SDV-3 akan menutup dan proses dihentikan karena level minyak yang terlalu rendah.
Untuk kondisi LT-2 HH, SDV-1 akan menutup agar level tidak terus bertambah sehingga menyebabkan bercampurnya air ke hasil separasi minyak. Sedangkan jika LT-2 LL, maka SDV-2 akan menutup untuk mencegah terbawanya minyak ke dalam line air.

Process Control
Logika berpikir untuk process control dijelaskan pada tabel berikut:
 Transmitter
Actuator
HH
LL
PT-2
PCV-1
Open
Close
LT-3
LCV-1
Open
Close
LT-4
LCV-2
Open
Close
                                         Table Proses control
3. Shutdown  system
            sistem shutdown adalah bagian keselamatan yang bertanggung jawab untuk mematikan seluruh proses atau bagian dari itu untuk menjaga kondisi abnormal dari merusak plant atau setidaknya meminimalkan kerusakan.
1. Tujuan sistem shutdown di separator adalah: mencegah peristiwa yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan pelepasan hidrokarbon, lebih baik untuk menghentikan rantai peristiwa buruk dalam tahap awal
2. menutup dalam proses atau bagian yang terkena proses untuk menghentikan aliran hidrokarbon bocor atau over flow. jika Anda tidak dapat mencegah kegagalan, setidaknya menguranginya
3. mencegah terbakarnya hidrokarbon
4. menutup dalam proses di saat kebakaran untuk mencegah membesarnya api
            Shutdown system terjadi bisa terjadi karna dalam proses produksi terjadi kondisi abnormal. Kondisi abnormal di separator menerjemahkan dalam beberapa parameter, khususnya parameteer khusus  seperti Pressure dan level. Mempertahankan parameter, shutdown separator bisa di klasifikasikan dalam beberapa kasus,seperti:
1.      Abnormal level shutdown
2.      Abnormal pressure shutdown
Proses snormal hutdown itu sendiri mempunyai fungsi untuk menutup aliran ke sepaator jika kondisi abnormal terjadi seperti:
1.      Pressure melebihi batas tertinggi
2.      Liquid melebihi batas tertinggi
3.      Liquid level turun di bawah batas terendah
Ketika salah satu kejadian itu terjadi di separator, operasi separator akan di shutdown untuk menghindari kerusakan lainya di separator dan proses selanjutnya.
4. Prosedur Mematikan ( Shut Down ) prodution separator
  •  Tutup inlet stream ( valve -1) 
  • Tutup valve liquid outlet (v-2) untuk mencegah Cairan bocor keluar
  • Jika bejana harus di kosongkan, buka saluran by pass ( valve-4) sehingga level control valve    - 2 dan 4 setelah cairan dalam benjana habis
  • Jika tekanan separator perlu di kosongkan maka tutup block valve pada pipa outlet gas ( valve-5)
  • Mengurangi tekanan-tekanan benjana dengan membuka vent valve
  • Jika tidak ada rencana perbaikan separator sisakan tekanan sedikit dalam separator, sehingga apabila ingin menghidupkan ( start up ) tidak perlu melakukan purging
5. EMERGENCY SHUTDOWN
            Di level ini, semua proses akan di shutdown. Semua fasiitas akan di matikan dan pompa kebakaraan akan akan aktif. Level ini terjadi karna terjadinya ledakan, kebocoraan gas, dan menyuruh operator untuk mengatifkan ESD
            Di kondisi yang normal tekanan di blokir di pipa. Di kondisi emergency,   pegangan ditarik maka kontrol tekanan mengalir ke atmosfer melalaui pembuangan, jika tekanan terbuang ke udara, sinyal ke three way valve akan hilang dan three way valve akan tertutup untuk memblokir sinyal untuk SDV


Skema Proses Shutdown sistem

Saturday, January 20, 2018

Separator

 
    Separator adalah alat separasi minyak dan gas bumi yang menggunakan prinsip kerja separasi flash pada tekanan dan temperature tetap.produksi produksi dari sumur minyak di separator vertical sedangkan di sumur gas proses menggunakan separator horizontal memiliki daerah pemisahaan yang lebih luas dan panjang di bandingkan separator vertical.
            Pemisahaan minyak dan gas di stasiun pengumpul dilakukan dengan tabung bertekanaan dan bertemperatur tertentu yang berfungsi untuk memisahkan fase gas dan minyak secara optimum
            Fungsi utama separator
1.      Memisahkan fase pertama cairan hidrokarbon dan air bebasnya dari gas atau cairan, tergantung mana yang lebih dominan
2.      Melakukan usaha lanjutan dari pemisahaan fase pertama dengan mengendapkan sebagian besar dari butiran-butiran cairan yang ikut ke dalm gas
3.      Mengeluarkan gas maupun cairan yang telah dipisahkan dari separator secara terpisah dan meyakinkan bahwa tidak terjadi proses balik dari salah satu arah ke arah yang lain

1.      Prinsip separator
            Tiga prinsip yang digunakan untuk proses pemisahaan secara fisika pada gas, liquid atau solid material adalah momentum, pengendapan gravitasi, dan penggabungan, setiap separator dapat menggunakan satu atau lebih dari prinsip-prinsip ini,tetapi fase fluida harus “larut” dan memiliki density yang berbeda agar pemisahaan dapat terjadi

A. Momentum/Tumbukan
            Dua fluida dengan density yang berbeda akan memiliki momentum yang berbeda pula.jika dua fase aliran berubah arah yang taja, maka aliraan yang mempunyai momentum lebih besar tidak akan memberiakan partikel-partikel yang lebih berat untuk berubah secepat mungkin seperti partikel ringan, sehingga hal ini yang menyebabkan pemisahaan terjadi.
B. Pengendapan Gravitasi
Tetesan-tetesan air keluar dari fase gas jika gaya gravitasi yang bekerja pada tetesan, lebih besar daripada drag force dari gas yang mengalir di sekitar tetesan.
C. Penggabungan/Coalescing
            Tetesan-tetesan yang sangat kecil seperti fog atau mist tidak dapat dipisahkan secara sederhana oleh gravitasi tetesan ini dapat digabungkan dengan membentuk tetesan lebih besar sehingga dapat dipisahkan dalm proses gravitasi. Coalescing dervice dalam separator memaksa aliran gas untuk mengikuti alur yang berliku-liku. Wire mesh screens, vane element, dan filter cartridges.
2.       Klasifikasi separator
Tiga atau dua cara untuk mengklasifikasikan separator
·         Berdasarkan posisi
·         Berdasarkan jumlah cairan

3.      Berdasarkan Posisi atau Bentuk Separator
a. Vertical Separator
Vertical separator seperti yang di tunjukan gambar di atas, biasanya di pilih jika rasio gas-cair lebih tinggi atau volume total gas rendah Dalam Vertical Separator, fluida memasuki kapal mencolok mengalihkan membingunkan yang memulai pemisahan primer. Liquid di hapus oleh penyekat inlet jatuh ke bagian bawah kapal. gas bergerak ke atas, biasanya melewati mist extractor untuk menghilangkan kandungan air yang terjebak, dan kemudian gas kering mengalir keluar.kandungan air yang sudah dipisahkan melalui mist extractor bergabung menjadi tetesan yang lebih besar yang kemudian jatuh ke resevoir bagian bawah vessel. Mist extractor secara signifikan dapat mengurangi kebutuhan kebutuhan dari diameter vessel  

Separator Vertical

b. Separator Horizontal
            horizontal separator adalah yang paling efesien dimana volume total liquid dan sejumlah besar terlarut gas terlarut bersama dengan liquid. Permukaan area yang lebih besar pada liquid menyediakan kondisi yang optimal untuk melepaskan gas yang terjebak.
            Dalam horizontal separator, seperti gambar di bawah ini yang telah dipisahkan dari gas bergerak sepanjang bagian bawah dari vessel ke liquid outlet Gas dan liquid menepati utempat yang proporsional di dalam vessel. Dalam double vessel separator, liquid mengalir melalui pipa ke resevoir bagian bawah

Separator Horizontal
C. Separator Spherical
            Separator ini digunakan untuk service tekanan tinggi di mana diinginkan ukuran yang kompak dan volume liquid yang kecil.

Separator Spherical
Fator-faktor yang di pertimbangkan untuk Spherical Separator adalah:
·         Compactness
·         Kapasitas terbatas untuk liquid
·         Minimal thickness untuk tekanan yang diberikan

4.      Berdasarkan Jumlah Cairan (Fase) di kapal
a) Separator 2 Fasa
Separator dua fasa, memisahkan fluida dormasi menjadi cairan dan gas, gas keluar dari atas sedangkan cairan keluar dari bawah

Separator 2 Fasa
      b) Separator 3 Fasa
           Separator tiga fasa, memisahkan fluida formasi menjadi minyak, air dan gas. Gas keluar dari bagian atas, minyak dari tengah dan air  dari bawah.

Separator 3 Fasa

5.      Fungsi Utama Dari Separator Minyak Dan Gas
            Memisahkan fase pertama cairan hidrokarbon dan air bebasnya dari gas atau cairan, tergantung mana yang lebih dominan.Melakukan usaha lanjutan dari pemisahan fase pertama dengan mengendapkan sebagian besar dari butiran-butiran cairan yang ikut di dalam aliran gas.Mengeluarkan gas maupun cairan yang telah dipisahkan dari separator secara terpisah dan meyakinkan bahwa tidak terjadi proses balik dari salah satu arah ke arah yang lainnya.

6.      Prinsip Pemisahan
Fluida yang mengalir dari sumur bisa terdiri dari gas, minyak, air dan padatan lainnya. Pada saat fluida mengalir mencapai permukaan, dimana tekanan lebih rendah dibandingkan dengan tekanan reservoir, kapasitas melarutkan gas akan menurun sehingga akan terpisah dari minyak.









 

                                   Komponen yang masuk separator

Pemisahan tergantung dari efek gravitasi untuk memisahkan cairan. Supaya terjadi proses pemisahan, maka cairan tidak dapat melarutkan satu dengan lainnya, juga salah satu fluida lebih ringan dari yang lain. Sebagai contoh, hasil distilasi seperti minyak, kerosen dan minyak mentah tidak akan terpisah bila ditempatkan pada suatu wadah, karena mempunyai kecenderungan melarutkan satu sama lainnya.

Pada dasarnya pemisahan separator, tergantung pada gaya gravitasi untuk memisahkan fluida, yaitu dengan mengandalkan perbedaan densitas dari fluida. Gas jauh lebih ringan dibandingkan dengan minyak, sehingga didalam separator akan terpisah dalam waktu yang sangat singkat. Sementara minyak  dengan berat kira-kira ¾ dari berat air, memerlukan waktu sekitar 40 sampai 70 detik untuk melakukan pemisahan.
Perbedaan densitas antara minyak dan gas akan menentukan laju alir maksimum cairan dalam separator.Pemisahan gas dengan minyak dapat dilihat pada gambar dibawah ini







Pemisahaan Gas Dan Minyak Secara Gravitasi

Mist adalah titik air yang sangat halus, akan terpisah dari gas pada tekanan 750 Psig, pada kecepatan gas kurang dari 1 ft/detik
Separator horizontal akan memberikan kemungkinan kecepatan lebih rendah dari 1 ft/detik.

Pengaruh tekanan terhadap gas dan cairan adalah sangat penting. Misalnya gas dengan densitas 2,25 lb/cuft pada tekanan 750 Psig, jika tekanannya diturunkan menjadi 15 Psig, maka densitasnya kira-kira 0,1 lb/cuft.
Dengan rendahnya densitas, titik air akan terkondensasi dan jatuh jauh lebih cepat, karena terjadinya perbedaan densitas yang sangat besar sekali.

Gelembung-gelembung gas akan pecah berkisar antara 30 sampai 60 detik. Dengan demikian, biasanya separator didesain agar cairan berhenti berkisar antara 30 sampai 60 detik didalam separator. Lama waktu pendiaman cairan didalam separator sering disebut residence time (RT), yang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
                                    RT = V/Q
            dimana :          V         = volume separator
                                    Q         = flow rate
Sebagai contoh, sebuah separator mempunyai volume 30 m3 dan flow Rate fluida yang masuk separator 30 m3/menit, dari hasil perhitungan akan diperoleh waktu residen  selama 1 menit.
Lihat gambar 3.9



 
   Separator Residence Time

    Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa flow rate dan tekanan akan mempengaruhi efek pemisahan fluida. Faktor lain yang harus dipertimbangkan adalah temperatur. Umumnya dengan turunnya temperatur operasi, akan meningkatkanperolehan cairan didalam reservoir bila sebagai gas kondensat.
Dengan menurunkan tekanan pada fluida, pemisahan model flash akan terjadi.

Fluktuasi tekanan pada sistem pemisahan paling sering terjadi. Apabila terjadi tekanan abnormal, akan meningkatkan kecepatan fluida yang melalui separator. Kondisi ini akan menyebabkan terbawanya cairan kedalam aliran gas.
Salah satu prinsip pemisahan fluida yang terpenting adalah coalescence (penggabungan/penggumpalan), yang artinya penggabungan titik-titik air yang kecil sehingga menjadi besar dan jatuh karena terjadi perbedaan gravity sebagai cairan. Beberapa peralatan bagian dalam separator, seperti deflector
plate, straightening vanes, dan bahkan dinding separator dapata berfungsi sebagai tempat pengembunan titik-titik air tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan fluida adalah :
1.      Viskositas fluida
2.      Densitas minyak dan air
3.      Tekanan pada separator
4.      Waktu (retention time, dari saat fluida masuk ke separator sampai fluida keluar)
5.      Komposisi dari hydrocarbon (C1 - C7)
6.      Temperatur
7.      Luas penampang dari separator

8.      Peralatan Separator
  •  Peralataan Bagian Dalam
Separator didesain dengan berbagai jenis peralatan dalam (internal fitting), untuk meningkatkan efisiensi pemisahan fluida formasi.


a.        Deflector Plate
            Fungsinya adalah  menyerap impact yang datang akibat kecepatan fluida yang masuk ke separator dan mempercepat proses terpisahnya gas dan cairan. Juga berfungsi untuk memperlambat aliran arus yang masuk ke separator.



Deflector Plate


b.        Weir
Weir adalah dinding yang dipasang tegak lurus didalam peralatan. Peralatan ini mempunyai fungsi untuk menahan cairan didalam separator sehingga membantu meningkatkan residence time dari cairan. Cairan harus dapat melewati dinding weir sebelum meninggalkan katup outlet. Weir juga digunakan untuk membentuk wadah didalam separator, seperti tampak pada gambar 3.11


Weir

c.         Centrifugal Device
Peralatan ini umumnya digunakan pada separator vertikal. Alat ini akan membentuk aliran yang berputar pada saat memasuki separator. Gaya centrifugal akan menyebabkan cairan yang berat akan bergerak/terlempar kearah dinding dan elemen ringan / gas akan bergerak ke atas melalui bagian tengah peralatan seperti terlihat pada gambar 3.12

                                                            Centrifugal Device


d.        Vortex Breaker
Meskipun peralatannya rumit, tidak mungkin untuk memisahkan semua gas dari dalam minyak. Beberapa bentuk pengadukan pada permukaan minyak akan menghasilkan lebih banyak gas. Vortex breaker seperti terlihat pada gambar 3.13 dipasang pada bagian pengeluaran minyak untuk mencegah terjadinya pusaran minyak yang dapat menyebabkan terlepasnya gas dari minyak pada saat meninggalkan separator.

e.         Mist (Demister Pad)
Gas yang terlepas dari minyak masih mengandung titik-titik minyak yang akana menggumpal dan jatuh bila ukurannya sudah lebih besar. Demister pad yang memegang peranan penting pada masalah ini. Demister pad terbuat dari rajutan kawat halus dengan bentuk frame tertentu, yang menyebab kan arah aliran gas berubah secara kontinyu. Hal ini menyebabkan terjadinya efek pembentukan titik-titik cairan yang cukup besar, dan akan jatuh ke bawah yang selanjutnya bersatu dengan cairan lainnya.


                                                                   Demister Pad         

f.         Coalescing Plates
Terdapat berbagai jenis peralatan coalescing (penggumpal), tapi yang paling umum digunakan adalah coalescing plate. Plat ini dipasang pada alur aliran fluida, sehingga dapat memecah campuran minyak-air. Fluida didesak untuk mengalir dengan arah aliran yang berubah. Hal ini menyebabkan butiran-butiran air bersatu dan jatuh ke dasar separator. Prinsip yang sama digunakan untuk memisahkan butiran minyak dalam aliran gas, yang jenisnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini


Coalescing Plates

g.        Straightening vanes
Biasanya terdapat pada horizontal separator untuk menghilangkan aliran gas yang turbulen setelah dipisahkan dari inlet deflector, seperti terlihat pada gambar dibawah ini



Straightening vanes

h.        Float Shield
Internal float digunakan untuk mengontrol level cairan. Adanya agitasi/pengadukan permukaan cairan atau akibat jatuhnya titik-titik cairan yang besar pada float/pelampung akan mengganggu sistem pengontrolanpermukaan. Meskipun float shield dipasang untuk menutupi float, tetapi masih terdapat cairan yang masuk, sehingga pengontrolan masih dapat berjalan sebagaimana mestinya.



Float Shield

  •  Peralatan Separator Bagian Luar
            Berdasarkan fungsinya, peralatan separator di klasifikasikan menjadi tiga items:

a) Alat Pengukur

  -  Pressure gauge
            Digunakan untuk mengukur tekanan separator


Pressure Gauge

-    Sight Glass
                  Untuk menunjukan level cairan yang ada di separator


Sight Glass

b) Control Device
·         Level control
        Mengatur agar permukaan cairan selalu stabil.Agar cairan tidak terikut ke out let gas Agar gas tidak terikut ke tanki dan Memberi kesempatan cairan untuk membebaskan gas

Level Controler

·         Pressure Controller
Ø  Untuk menjaga agar tekanan sesuai pada settingnya
Ø  Untuk mengatur besar kecilnya tekanan pada separator

            Bila perangkat kontrol tidak dapat bekerja dengan baik akan terjadi kondisi abnormal, seperti Tingkat tinggi(LH), Tingkat rendah(LL), Tekanan Tinggi(PH),Tekanan Rendah(PL), untuk memberikan sinyal untuk operator tentang kondisi abnormal yang terjadi, separator harus dilengkapi dengan alarm sehingga operator dapat bekerja dengan cepat untuk memeperbaiki keadaan kembali jadi normal


9.      Shotdown Sistem

  •  Peralatan Shotdown Sistem
 - Swicth
            Jenis-jenis switch yang digunakan dalam sistem shutdown separator
a) Level switch
         Level switch berfungsi agar level cairan didalam separator tidak berubah terlalu tinggi/rendah. Level Switch berfungsi bila control valve gagal mengontrol tinggi rendah cairan. Di lapangan terdapat dua jenis Level Switch,ada
   - Level Switch High
                        Level Switch High digunakan untuk mendeteksi / mencegah terjadinya high level
  -  Low Switch low
                  Low Switch low digunakan untuk mendeteks / mencegah terjadinya low level
b) Pressure Switch
           Pressure Switch adalah pengaman agar tekanan abnormal di separator tidak terjadi, baik yang terlalu tinggi / rendah, dengan cara menutup aliran ke separator (bila pressure control gagal dalam mengontrol tekanan). Di lapangan Pressure Switch dibagi menjadi dua di antaranya
§   High Pressure Switch
1)         Cara kerja dari High Pressure Switch adalah bila tekanan mencapai set point yang sudah ditentukan
2)         maka tekanan tersebut akan mendorong keatas "switch" dari pressure tersebut  sehingga arus listrik tersambung  (menjadi closed)
3)         dan akan mengaktifkan alarm di Control Room Panel kemudian Control Room Panel akan mengaktifkan Shutdown System


High Pressure Switch
§   Low Pressure Switch
1)      Cara kerja Low Pressure Switch adalah bila tekanan terlalu rendah dan mencapai set point Low Pressure, maka Pressure Switch "low" akan bekerja (menjadi closed saat tekanan turun)
2)      Dengan berkurangnya tekanan menyebabkan spring (pegas) tidak ada yang menahan sehingga switch bergerak ke bawah dan arus listrik tersambung mengaktifkan alarm dan shutdown terjadi.


Low Pressure Switch



  •   Three Way Valve Is Pneumatic
            Three Way Valve adalah katup yang memiliki tiga koneksi, salah satu intlet terbuka ketika koneksi lain untuk outlet. salah satu outlet terbuka ketika yang lain ditutup. sebaliknya, bila energi yang biasanya dekat, posisi akan terbuka dan biasanya terbuka, posisi dekat,
a)  ESD
ESD di desain untuk operasi manual untuk sistem shutdown dalam keadaan darurat atau pemeliharaan periodik
b)  SVD ( Shutdown Valve)
            SDV (Shutdown Valve) adalah katup jenis yang menggunakan fc (Failure  Closed) atau ATO (Air To Open) prinsip. di kondisi yang normal shutdown valve yang menerima sinyal pneumatik maksimum untuk valve dibuka di sisi lain, ketika shutdown valve sedang  menerima kondisi abnormal sutdown valve menerima pneumatik minimum
c)   Solenoid Valve
            Solenoid valve adalah katup yang memiliki kumparan sebagai penggerak, ketika kumparan mendapatkan pasokan tegangan; kumparan berubah menjadi medan magnet
10.   Klasifikasi of shutdown

a) SD 3
SD 3: hanya berurusan dengan kembalinya parameter yang sebelumnya normal dipicu oleh nilai normal alarm shutdown.
b) SD 2
SD 2: mempertimbangkan parameter maksimum atau minimum ketika yang melampaui itu dapat berdampak pada proses set

c) ESD 1
ESD 1: ditugaskan untuk reaksi terhadap situasi yang dapat mempengaruhi seluruh unit (kebocoran besar, kebakaran, dll)
d) ESD 0
 evakuasi pekerja, operasi dihentikan dari semua alat yang masih beroperasi atau masih hidup